PancaNews
Ekonomi

Bulog Subang Jawa Barat Klaim Serapan Gabah dan Beras Naik Tiga Kali Lipat

10
×

Bulog Subang Jawa Barat Klaim Serapan Gabah dan Beras Naik Tiga Kali Lipat

Sebarkan artikel ini

PERUM Bulog Kantor Cabang Subang, Jawa Barat, mengklaim capaian luar biasa dalam penyerapan gabah dan beras sepanjang 2025. Hingga Oktober, penyerapan mencapai 70 ribu ton, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan pada 2024 yang hanya 21 ribu ton.

Pemimpin Bulog Subang, Djoko Purnomo, mengatakan pencapaian ini menjadi yang tertinggi sejak dirinya bertugas di Subang. Menurutnya, peningkatan tersebut tidak lepas dari kolaborasi antara Bulog, TNI, dan Dinas Pertanian dalam memastikan beras petani terserap dengan baik.

“Alhamdulillah target penyerapan kami tercapai 100. Dari 21 ribu ton naik jadi 70 ribu ton. Ini hasil kerja keras seluruh tim dan sinergi dengan Babinsa serta penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang membantu mendata panen di lapangan,” kata Djoko, Selasa (11/11).

Menurut Djoko, keberhasilan ini juga ditopang oleh arah kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan kemandirian dan kedaulatan pangan nasional melalui program Asta Cita.

“Pak Presiden ingin ketahanan pangan menjadi modal utama bangsa. Beliau menugaskan Bulog agar fokus menyerap beras dalam negeri tanpa terlalu bergantung pada impor,” ucapnya.

Bulog, kata Djoko, juga terbantu oleh program Bantuan Pangan Nasional dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan pemerintah. Program ini, selain membantu masyarakat berpenghasilan rendah, juga memperlancar perputaran stok beras di gudang Bulog.

“Kalau beras hanya disimpan, kualitasnya bisa turun. Tapi dengan disalurkan lewat bantuan pangan dan SPHP serta MBG stok berputar dan masyarakat terbantu,” ujarnya.

Tahun ini, Bulog menyalurkan bantuan pangan dua tahap, yaitu Juni-Juli dan Oktober-November, dengan 10 kilogram beras per bulan per keluarga penerima manfaat, ditambah 2 liter minyak goreng.

Salah satu inovasi penting Bulog Subang, kata dia, adalah menghidupkan kembali 34 penggilingan padi yang sebelumnya berhenti beroperasi hingga 10 tahun lebih. Melalui sistem maklon, Bulog memanfaatkan fasilitas mitra untuk menggiling gabah petani menjadi beras, yang kemudian diserap untuk stok nasional.

Dulu penggilingan kecil kalah saing karena modal besar. Sekarang Bulog bantu dengan sistem maklon, jadi mereka bisa jalan lagi dan petani terbantu,” kata Djoko.

Sebagai BUMN, Bulog tetap mengedepankan peran sosial dibanding profit. Menurut Djoko, sekitar 80 persen kegiatan Bulog merupakan Public Service Obligation (PSO), yaitu kewajiban pelayanan publik untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan.

Namun demikian, Bulog juga memiliki lini bisnis komersial sekitar 20%, seperti produksi beras premium, gula, tepung, dan daging, serta mendirikan Sentra Penggilingan Padi (SPP) di Rancaudik, Subang, untuk memasok beras ke pasar modern.

Di sisi lain, tantangan besar yang dihadapi Bulog adalah dampak cuaca ekstrem yang dapat menurunkan kualitas gabah serta tingginya biaya penyimpanan.

“Saat musim hujan, banyak gabah terendam air sehingga harganya turun. Bulog harus siap menyerap agar tidak merugikan petani,” kata DJoko.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga kualitas beras di gudang agar tidak rusak, dengan sistem spraying setiap bulannya dan fumigasi tiga bulan sekali serta perawatan rutin ventilasi agar sirkulasi udara tetap baik.

Dengan capaian dan tantangan tersebut, Bulog Subang menegaskan komitmennya untuk terus menjadi penyangga pangan rakyat sekaligus pelindung harga bagi petani.(Dadan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *